Saturday 11 September 2010

Jatuh

Jatuh...

Sakit sekali rasanya.

Kejadiannya pun sangat singkat. Orang yang terjatuh tidak akan sempat berpikir. Kejadiannya mungkin tidak sampai satu detik. Sekelibat saja.

Orang yang sedang berpegang pada sesuatu, kemudian terlepas, pada saat itulah di pikiran orang itu akan terlintas, bahwa tanpa pegangannya, ia hanyalah makhluk yang lemah. Yang tanpa pegangannya itu, ia bukanlah apa-apa.

Orang yang terjatuh, rasanya tidak pernah sempat untuk melakukan apa-apa. Orang yang punya reflek bagus, paling hanya bisa berusaha melindungi bagian tubuh yang rawan, misalnya kepala atau perut.

Selebihnya, pasrah.

Jatuh yang pernah saya alami, berlangsung hanya dalam hitungan detik.

Singkat kata, suatu ketika sedang berusaha memperbaiki genting rumah. Mengandalkan tangga dan berpegangan di lis genting. Tanpa dinyana, hilang keseimbangan dan sekelibat pula badan ini terjerembab.

♒ Ğůβ®▲Ж ☀

Ketika kejadian itu berlangsung, tidak ada hal lain yang terlintas, kecuali rasa pasrah. Gravitasi yang menarik tubuh ini jauh lebih kuat dari upaya meraih pegangan.

Selepasnya, saya hanya bisa mengucap syukur. Tidak ada (sepertinya) yang serius, kecuali beberapa bagian tubuh yang agak lebam karena terjatuh dari ketinggian sekitar 3 meter.

Rasa syukur saya ungkapkan, karena saya masih mempunyai kesempatan untuk terus berucap syukur.

Saya sempat berpikir, seandainya, seandainya. Bila saja, jatuh saya ke sisi yang lain, tentunya saya akan jatuh lebih jauh lagi. Masih beruntung, jatuhnya dari batas genting ke teras lantai atas. Kalau saja jatuh langsung ke dasar rumah.....?

Naudzubillah, bisa-bisa minimal patah kaki atau tangan.

Masih juga bisa beruntung, karena jatuh saya masih terhambat oleh tangga yang menutupi utung beton. Kalau tidak..... *tutup mata

Dari kejadian di atas, saya melihat beberapa hikmah:

1) Jatuh bisa menimpa siapa saja. Baik dalam arti yang sesungguhnya, maupun secara harfiah. Bagi orang yang sedang berada "di atas" bukan tidak mungkin, setiap saat bisa terjatuh yang dapat mengakibatkan lecet, luka atau lebih parah lagi.

2) Manusia hanya bisa pasrah dan tidak akan pernah selalu bisa mengandalkan pegangannya. Hanya satu yang tetap bisa dipegang teguh. Kepasrahan kepada sang pencipta.

3) Berikan suatu pekerjaan kepada ahlinya, atau kepada orang yang bisa dan/atau biasa mengerjakannya. Hal-hal kecil yang terlihat simpel dan sederhana, mungkin pada pelaksanaannya menjadi sulit bila seseorang belum pernah atau tidak tahu cara mengerjakannya.

4) Rasa sok tau dan kesombongan bisa mengakibatkan jatuh. Setiap orang akan tahu batas kemampuannya. Bila tahu tidak akan mampu --- setelah dicoba --- tidak ada salahnya untuk menyerahkan kepada ahlinya.

5) Setelah jatuh, orang tetap akan selalu bisa naik lagi selama punya kemauan dan kemampuan --- tentunya setelah belajar dari jatuhnya itu.

No comments:

Post a Comment

Please feel free to comment....