Monday 20 December 2010

Sepakbola, antara Ekonomi dan Asuransi (Bagian 1)

Sepakbola,
antara Ekonomi dan Asuransi

Bagian 1 dari 2 tulisan

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Gooooooooolllll!!!

Sebuah gol tercipta, menggetarkan gawang lawan.

Diiringi sorak sorai pendukungnya di Gelora Bung Karno malam ini, pasukan Merah Putih ini terus menerus menyerang dan menggempur pertahanan lawan hingga akhirnya memastikan dirinya maju ke babak final.

Ya, apa yang kita rasakan dan kita lihat merupakan "sesuatu yang baru". Ada yang berbeda dari pasukan Garuda kali ini.

Dulu (please correct me if I'm wrong) kalau tim Indonesia sudah unggul satu gol saja, langsung saja secara kompak semua berkumpul di belakang, atau membuang-buang bola demi mengulur waktu (baca: gaya Melayu).

Tetapi, yang kita lihat sekarang ini, walaupun sudah unggul dan sudah menang, Timnas Indonesia terus berusaha menambah gol. Sebuah attacking football yang luar biasa.

Terlepas dari program naturalisasi, kemenangan demi kemenangan ini merupakan sesuatu yang tidak biasa dan berhasil menggugah kecintaan rakyat Indonesia dan kembali menghidupkan tunas-tunas harapan terhadap sepak bola.

Melirik trending topic di jaring sosial Twitter, Timnas Indonesia menempati posisi no.1. Luar biasa. Selain memang Indonesia menguasai porsi terbesar pengguna si Burung Berkicau ini, namun terlihat bahwa setiap pertandingan Timnas Indonesia pun tidak luput dari "pantauan" para penggunanya di Indonesia. Bahkan, saya sempat membaca komentar para punggawa Burung Berkicau ini yang mengeluhkan server mereka overload setiap kali ada momen menarik di Indonesia. Salah satunya ya seperti momen pertandingan sebakbola ini.

Di lapangan hijau, sepertinya Timnas Indonesia berusaha memberikan sajian terbaik bagi ratusan ribu penonton yang berada di stadion, belum lagi bagi ratusan ribu lainnya yang nonton bareng (nobar) di cafe dan restoran, serta jutaan penonton lainnya yang menyaksikan lewat siaran teve di rumahnya masing-masing.

Sepertinya pasukan Garuda paham sekali, bahwa para pendukungnya sudah sangat haus akan kemenangan dan gol. Sehingga kemenangan atau satu gol tidak akan cukup memuaskan dahaga para pendukung Indonesia.

Fenomena ini berlanjut di luar lapangan.

Judul di atas saya ambil bukan tanpa alasan. Mungkin judul itu terdengar asing dan bisa menimbulkan cibiran bagi sebagian orang.

Saya sempat sekilas membaca buku yang membahas hubungan antara sepakbola dan perekonomian. Buku itu membahas tentang sepakbola yang saat ini sudah menjadi sebuah industri yang sangat besar. Begitu banyak uang yang berputar untuk menghidupi olahraga yang satu ini. Belum lagi bila dihitung berbagai aspek yang terkait dengan sepakbola itu sendiri. Dari situ timbullah sebuah jargon soccernomics. Bahkan di almamater saya dulu ada sebuah program MBA in Football Industries, karena memang sepakbola adalah industri (global).

Kemenangan beruntun yang diraih oleh Timnas Indonesia dalam ajang AFF Cup 2010, bisa menjadi momen yang tepat untuk membahas hal di atas.

Kemenangan-kemenangan (yang jarang kita nikmati) ini menimbulkan euphoria bagi para pendukung Timnas, baik yang loyal maupun yang "cuma" tidak mau ketinggalan trend saja. Siapa pun, kini memburu aksesoris Timnas. Siapapun berani berseragam merah/putih dan dengan bangganya dipakai kemana pun ia berjalan.

* saya juga loh

Sebuah jersey yang harganya pada kisaran IDR 600 ribuan (USD 65) --- padahal masih tergolong mahal bagi sebagian besar penduduk Indonesia --- pun habis terjual. Alhasil, produk palsu dengan harga "hanya" IDR 50 ribu (USD 6) juga laris dimana-mana.

Seperti layaknya loyal customer yang sudah sangat mencintai produk-nya, ketika panitia menaikkan harga tiket 2x lipat pun, para calon pembeli tiket tetap rela. Dan tiket tetap luder terjual. Bahkan tidak jarang calon pembeli tiket yang rela merogoh kantong lebih dalam demi mendapatkan tiket yang lebih mahal dari tangan para calo.

Selain penjualan tiket yang selalu sold-out, para pedagang kaki lima pun kebagian rejeki. Puluhan bahkan ratusan ribu orang yang memadati Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) pun turut menikmatinya. Sebut saja, para penjual bendera, makanan, minuman, trompet dan tidak ketinggalan pencopet (well, that's the fact).

Terlihat adanya hubungan simetris antara prestasi sepakbola suatu negara dengan pergerakan perekonomian di negara tersebut.

Contohnya Brasil. Walaupun perekonomian negara tersebut tidaklah terlalu maju, namun gaji yang diperoleh oleh para pemain sepakbola yang merumput di negara-negara Eropa, turut memberikan kontribusi besar sebagai invisible earnings dalam perhitungan GDP/GNP negara tersebut.

Belum lagi, "ketenaran" asal sukses Tim Samba pun turut menjadi icon bagi pariwisata Brazil.

Kondisi yang sama juga bisa dirasakan di Indonesia. Saat ini, Indonesia sedang berada dalam euphoria akibat kemenangan beruntun di ajang pertandingan sepakbola se-Asia Tenggara. Walaupun bukanlah sebuah pertandingan tertinggi, namun tetap saja, Piala ini menjadi bergengsi (setidaknya) di wilayah Asia Tenggara ini.

Well, kalo boleh jujur, sepakbola pun kini sudah menjadi lahan karir yang sangat menjanjikan. Seorang pemain sepakbola profesional di tanah air saja bisa mengantongi lebih dari IDR 1 milyar (USD 110.000) per tahun. Belum lagi tambahan pundi-pundi dari iklan dan sponsor.

Bandingkan dengan penghasilan tetap bila bekerja sebagai karyawan asuransi BUMN
*curcol :P

Kembali pada kaitannya antara perekonomian dan sepakbola. Terlihat bahwa (kemenangan) sepakbola mampu menggeliatkan kembali semangat suatu bangsa dan berujung pada pergerakan ekonomi yang lebih positif.

Dalam kaitannya dengan aktifitas ekonomi suatu negara, tidak bisa kita pungkiri bahwa asuransi pun turut mempunyai peran.

Lalu, apa kaitan antara sepakbola, perekonomian dan asuransi?

Akan saya bahas pada postingan berikutnya.

Sekarang, saya mau tidur dulu sambil memimpikan Timnas Indonesia di final World Cup 2018. Saat itu Perisai Zidane akan mencetak gol kemenangan bagi Indonesia.
* kalo mengkhayal jangan nanggung2 :P


* demi sepakbola Indonesia *

No comments:

Post a Comment

Please feel free to comment....