Tuesday 4 May 2010

Anak kecil dan pesawat terbang

Dear all - ini email yg saya dapat dari milis RDI (readers' digest Indonesia). Perihal kebenaran dan keabsahan ceritanya silakan check dan browse sendiri - mungking bisa di-share bersama.

>>>

Subject: [readersdigest_indonesia] Anak-anak vs Pesawat terbang

Ini cerita yang benar-benar terjadi tentang anak yang terbang bersama orang tuanya dalam rangka liburan. Pada tanggal 16 Juni '09 yang lalu, saya hendak boarding di bandara Minangkabau, Sumatera Barat.

Waktu menunjukkan pukul 17.15 dan  pesawat saya akan take off pukul 17.45. Sudah ada penumpang yang bergerak di pintu boarding tapi kemudian gerakan itu terhenti dan selanjutnya tidak ada aktivitas apa-apa. Saya bingung. Saya datangi petugasnya dan mereka bilang, "Nanti akan diumumkan. Tunggu saja."  Saya hanya mengangguk  saja dengan kepala masih dihinggapi pertanyaan. Tapi ketika setengah  jam sudah berlalu dan waktu sudah menunjukkan pukul 17.45, tanda-tanda akan boarding tidak juga terlihat. Saya langsung berpikir, 'ini pasti sebuah penundaan'. Benar saja. Beberapa detik kemudian, terdengar suara pengumuman airline yang akan saya tumpangi itu yang berbunyi "... terjadi penundaan untuk ... WAKTU YANG TIDAK DAPAT DITENTUKAN.. ."  Saya terkejut sekali. Untuk waktu yang TIDAK DAPAT DITENTUKAN? Wah! Saya kembali ke petugas tersebut untuk bertanya. Jawabannya: "Nanti diumumkan... " Tetap saja tidak ada pengumuman. Ya, saya datangi kantor penjualannya dan bertanya di situ. Jawabannya ... ternyata cukup MENCENGANGKAN.

Ini jawabannya:

Sewaktu landing di bandara Minangkabau tersebut, ada seorang anak laki-laki berumur antara 7-10 tahun, yang entah bagaimana ceritanya, bisa menjangkau EMERGENCY EXIT dan .... MEMBUKA PINTU EMERGENSI tersebut.

Akibatnya ... sliding ban-nya mengembang (Saya cukup terpana mendengar penjelasan ini - bayangkan saja, seorang anak berada di area emergensi pesawat dan mampu membuka pintunya!). Sliding ban itu bisa dilipat dan diletakkan kembali ke tempat semula, tapi pihak airline tidak mau mengambil risiko jika terjadi sesuatu di kejadian berikutnya, ban itu ternyata tidak berfungsi. Jadi, pihak airline memutuskan mengganti sliding ban itu dengan yang baru. Yang artinya, sebuah penundaan terbang, karena sliding ban yang baru adanya di Jakarta.

Jadi...saya dan calon penumpang lainnya harus menunggu kedatangan sliding ban itu dan juga menunggu pemasangannya sampai selesai, baru kita bisa terbang ke kota tujuan.

Antara terhenyak dan tidak percaya, saya tatap petugasnya. Petugasnya seperti mengerti arti tatapan saya, dia buru-buru menjelaskan lebih lanjut, "Pesawat kita pesawat baru bu, tidak ada masalah. Masalahnya adalah karena anak yang lepas kontrol dari orang tuanya. Itu anaknya bu, ditahan pihak kami, beserta orang tuanya ..." Ya ... saya memang melihat sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan dua anak laki-laki. Ayah dan ibunya berwajah lesu, sementara anak-anaknya berwajah yang khas anak-anak, riang gembira dan polos, tidak sadar kalau perbuatannya telah menghasilkan ekses yang luar biasa.

Karena seorang anak yang bisa menjangkau pintu emergensi dan membukanya, seluruh calon penumpang airline yang bersangkutan harus menunggu 6 jam lebih di bandara. Calon penumpang baru bisa diterbangkan pukul 1 dini hari berikutnya, sebuah waktu keberangkatan yang tidak lazim. Belum lagi masalah  kelelahan, kebingungan, dan kemarahan karena tidak bisa dipindah ke penerbangan lain. Karena menjelang liburan, ada banyak bayi dan balita di antara calon penumpang Juga banyak orang lansia. Bisa dibayangkan bayi, balita dan lansia itu harus menunggu sekian lama dengan kondisi yang tidak memadai.

Yang menjadi pertanyaan, KENAPA ADA ANAK BISA MENJANGKAU PINTU EMERGENSINYA? Bagaimana posisi dan kondisi di sekitar pintu emergensi itu? Apakah tidak ada penumpang yang duduk di area emergensi? Kalau tidak ada, kenapa tidak ada petugas yang berdiri di situ, bukankah begitu peraturannya?

Orang tua si anak diminta ganti rugi sebesar 600 juta oleh pihak airline. Apapun cerita dan kejadiannya, masuk akal atau tidak, kita diingatkan bahwa anak-anak tetaplah anak-anak. Mereka selalu ingin tahu dan bergerak aktif.

Dengan adanya kejadian itu, sebuah pembelajaran bagi kita sebagai orang tua, dan pembelajaran bagi maskapai. Bagaimana kalau anak itu membuka pintu emergensinya ketika pesawat sedang berada di udara?

Terima kasih sudah membacanya. Selamat Berlibur.

>>>

Saya sendiri membaca email ini hampir tidak percaya kalau kejadian seperti ini bisa terjadi.

Sejujurnya, saya sendiri belum browsing lebih lanjut untuk mencari kebenaran dan keutuhan cerita ini.

Tetapi, bila dipikirkan lebih jauh... Kejadian seperti ini memang bisa saja terjadi.

Menurut KUHP (kalo ngga salah ya) orang tua bertanggung-jawab atas perbuatan anaknya (yg masih di bawah umur - minor) yang menyebabkan kerugian bagi pihak lain.

--- juga berlaku bagi pemilik hewan peliharaan (mis: anjing), apabila hewannya menimbulkan kerugian bagi orang lain (mis: menggigit), adalah tanggung-jawab di empunya hewan tadi ---

Terlepas dari permasalahan hukum di atas, kita harus lebih waspada dalam menjaga anak-anak kita. Terlepas dari "status" mereka yang masih "belum mengerti apa-apa" tetapi konsekwensi atas tindakan mereka itu tetap harus menjadi perhatian.

Semoga bermanfaat.
•_• EHN - aiming high ♐

No comments:

Post a Comment

Please feel free to comment....